Minggu, 10 Juli 2011

Sehat dengan Puasa

“Puasalah, niscaya kamu sehat” (Hadits Nabi saw).
“Setiap penyakit ada obatnya. Apabila ditemukan obat yang tepat untuk suatu penyakit, maka sembuhlah si penderita dengan izin Allah Azza wa Jalla.” (HR. Jabir r.a).
                Bukan kabar baru jika manusia modern kini banyak menghabiskan uangnya guna memperoleh kehidupan sehat. Mulai dari yang rutin ikut senam kebugaran tubuh klub kesehatan maupun kegiatan-kegiatan lain yang memprogramkan hidup sehat. Mirisnya, banyak uang yabg harus dikeluarkan guna mencapai keinginan tersebut.
                Padahal pada kehidupan mereka yang konsumtif itulah penyebab mengapa mereka selalu mengeluhkan kesehatannya. Jika saja paham konsumtif itu diubah, maka dengan sendirinya badan terhindar dari makanan-makanan yang mengacak-acak sistem ketahanan tubuh.
                Dalam hal ini, Islam menawarkan solusi yana mudah dilakukan siapa saja, yakni dengan berpuasa. Lagi pula solusi ini cukup ekonomis, mengingat tidak ada biaya yang keluar.
                Dari disiplin medis, berpuasa dipandang sebagai pembatasan konsumsi yang meliputi pembatasan konsumsi zat-zat gizi dalam makanan, serta pembatasan konsumsi air minum/mineral. Konsumsi itu berbatas terjadi ketika seseorang berada dalam kondisi rasa lapar jangka panjang (starvation), kurang makan (undernutrion, semistarvition), dan pembatasan total komsumsi pangan jangka panjang (terbatas).
                Pada fase starvation, terjadi penurunan berat badan sekitar 40-60 % dari berat badan asal. Ketentuan tersebut mengacu pada pola puasa orang Islam. Karena puasa yang dilakukan nonmuslim mungkin berbeda lamanya dan juga syaratnya, sehingga hasilnya berbeda pula dengan yang dialami seseorang yang berpuasa menurut Islam.
                Penurunan berat badan dalam berpuasa tidak begitu mencolok, dalam waktu sebulan, hanya terjadi penurunan berat badan di bawah 5-10 %. Jadi tidak sampai tingkat semistarvation. Penurunan berat badan di sini hanya mengakibatkan kehilangan cairan, sedangkan penurunan jaringan badan hanya sedikit. Karena hidangan yang dikomsumsi tetap seimbang dan disediakan secara bebas, sesuai selera kita.
                Puasa secara Islam tetap menggunakan susunan hidangan yang seimbang, baik saat berbuka puasa maupun makan sahur. Hanya bahan makanan penghasil utama energy yang berkurang konsumsinya.
                Penurunan konsumsi kalori dalam satu hari terjadi sekitar 8-10 %, atau dengan kata lain sekitar 200-300 gram sehari. Sehingga, seseorang yang berat badannya 60 kg (60.000 gram) ketika sedang berpuasa, dalam 30 hari akan terjadi penurunan berat badan sampai 6.000-9.000 gram atau 6-9 kg di akhir bulan puasa. Namun kondisi fisik maupun kesehatannya gizinya tidak sampai ketingkat semistarvation apalagi tingkat starvation.
                Diet yang banyak mengandung lemak bersifat ketogenik, yaitu meningkatkan pembentukan zat asamketo. Pada kesotis karena berpuasa, yang terjadi adalah peningkatan asam beta hidroksibutirat dan tidak sampai terjadi aceton. Jika terjadi tingkat ketosis, hanya muncul pada hari-hari pertama puasa, yang umum terjadi di waktu pagi menjelang siang dan sore hari.
                Pada saat itu, kemungkinan akan terjadi gejala ketosis ringan dalam bentuk perasaan lesu fisik maupun mental, kepala agak pusing dan mata berkunang-kunang. Setelah hari-hari pertama berpuasa, badan mengadakan adaptasi dengan lebih banyak mempergunakan protein dan menghasilkan energi. Gejala ketosis tersebut akan hilang setelah melalui fase tersebut. Minggu berikutnya, tubuh tidak terlalu lemas seperti yang terjadi pada hari-hari pertama puasa.
                Pembatasan air dan mineral terjadi pula pada waktu berpuasa. Hal itu akan berakibat pada waktu berpuasa. Hal itu akan berakibat pada pembuangan air yang sangat meningkat pada hari-hari pertama berpuasa. Pada minggu pertama, penurunan berat badan sangat mecolok, tetapi 40-60 % penggunaan berat badan itu disebabkan oleh pembuangan air sedangkan penurunan berat badan karena pemakaian jaringan terutama terdiri atas utilisasi lemak untuk menghasilkan energi yang diperlukan.
                Pada pagi hari, pembuangan urin relative banyak dan mempunyai berat jenis lebih rendah, namun lewat siang hari, pembuangan urin lebih sedikit berkurang bahkan mempunyai berat jenis lebih tinggi.
                Berpuasa dengan syarat-syarat pelaksanaan sesuai syariat Islam seperti tersebut di atas ternyata didukung oleh penelitian ilmiah. Hal ini juga  memberikan kondisi kesehatan dari kondisi gizi yang menguntungkan.
                Dr. Otto Buchinger melakukan penelitian mengenai puasa. Ia mendirikan sebuah rumah sakit di Jerman. Dalam beberapa resep yang diberikan kepada pasien-pasiennya, sang dokter menyarankan puasa sebagai terapi medis. Menurutnya, tubuh manusia memerlukan za-zat makanan melalui makanan untuk menyusun sel-sel baru dan tenaga.
                Oleh karena itu, bila dalam beberapa minggu (4 minggu lebih) tidak menerima zat-zat tadi, terjadi perangsangan. Dapat disimpulkan bahwa dalam berpuasa seseorang tengah melakukan detoksifikasi (pembersihan dari racun-racun yang bersarang dalam tubuh).
                Orang yang berpuasa, telah meruntuhkan zat-zat yang mengganggu, atau yang membuat tubuh menjadi sakit seperti timbunan zat-zat asing, nanah, getah-getah penyakit dan lain sebagainya. Dengan cepat bahan-bahan tersebut diambil oleh darah untuk dikeluarkan.
                Dalam keadaan kekurangan makanan, bagian-bagian tubuh yang lemah diruntuhkan. Lalu sisa runtuhan zat putih telur yang patologis dalam darah orang puasa jadi biokatalisator yang bekerja biodinamis menyembuhkan.
                Ini lebih baik dari pada pengobatan zat putih telur dari luar. Jika ada orang yang tengah menderita radang selaput paru, telinga dan bisul, kesembuhannya akan lebih cepat bila orang tersebut berpuasa.
                Selain itu puasa juga mempengaruhi darah, suhu, kencing dan mudah beku, sel bertambah. Suhu badan menjadi menurun dari 0,5 hingga 1 derajat. Air kencing banyaknya berkurang dan jadi lebih banyak mengandung darah. Namun tekanan darah menurun dan denyut nadi melambat menjadi 50 tiap menit terutama pada jantung yang kuat. Dalam berpuasa, alat pencernaan dan alat peredaran darah beristirahat.
                Puasa juga mempengaruhi hati atau hepar (lever). Setelah glikogen habis, maka hati meruntuhkan lemak. Mulanya kegiatan membuat empedu bertambah tetapi lama-kelamaan berkurang. Kandung empedu cenderung untuk mengempis dengan keras sehingga kersik, lender dan batu-batu keluar bersama kotoran.
                Dengan demikian kita tidak perlu meragukan lagi pernyataan para peneliti yang mengatakan bahwa berpuasa akan berdampak baik pada kesehatan tubuh. Di luar dari itu semua, perlu kita sadari bahwa pengaruh positif berpuasa secara Islami juga sangat terkait dengan kondisi kejiwaan dan keimanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

image

Lorem ipsum dolor sit

Aliquam sit amet urna quis quam ornare pretium. Cras pellentesque interdum nibh non tristique. Pellentesque et velit non urna auctor porttitor.

image

Nunc dignissim accumsan

Vestibulum pretium convallis diam sit amet vestibulum. Etiam non est eget leo luctus bibendum. Integer pretium, odio at scelerisque congue.